Pada 20 Maret 2014 lalu, Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip
Erdogan memutuskan untuk memblokir layanan Twitter dengan dalih menjaga kemanan
jelang pemilihan umum lokal yang akan digelar pada awal April 2014.
Meski pemblokiran tersebut hanya berjalan selama dua pekan,
namun tindak lanjut dari aksi protektif pemerintah Turki itu berdampak pada
pembredelan sejumlah akun yang dianggap anti pemerintah.
Hal serupa pun kini kembali terjadi. Dilansir laman New York
Times, pemerintah Turki kembali mengancam akan menutup layanan Twitter di
negaranya karena lagi-lagi muncul akun-akun anti pemerintahan yang dianggap
mengganggu stabilitas.
Pemerintah Turki telah memberi peringatan kepada Twitter
agar segera menonaktifkan akun-akun tersebut. Terutama sebuah akun bernama
@LazepeM.
Menurut yang dilaporkan harian asal Turki, Huriyet, akun
Twitter @LazepeM telah menyebarkan dokumen rahasia terkait penyerangan yang
terjadi pada rombongan kendaraan milik National Intelligence Organization
(agensi intelijen Turki) saat beroperasi di Suriah Januari 2014 silam.
Tak hanya Twitter, dokumen rahasia itu juga sudah kadung
tersebar luas di dunia maya via sejumlah jejaring sosial lainnya seperti
Facebook dan Google+.
Sebagai konsekuensinya, pemerintah Turki memaksa agar para
operator jejaring sosial menghapus dokumen rahasia itu dan menutup akun-akun
yang menyebarkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar